Mahfudzot Kelas 1 TMI/KMI Lengkap Cara Baca, Arti dan Penjelasannya (No. 41-50)
Sahabat Ayo Belajar yang pernah atau sedang belajar di pesantren khususnya pesantren yang berafiliasi ke sistem KMI Gontor tentu sudah tidak asing belajar Mahfudzot. Hal ini karena materi yang diajarkan sudah diperkenalkan sejak kelas 1 TMI/KMI dan akan berlanjut sampai kelas 5 TMI/KMI.
Berikut ini kami hadirkan materi Mahfudzot kelas 1 TMI/KMI yang dilengkapi dengan cara baca, artinya dan syarah/penjelasannya. Mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk para santri yang sedang belajar dan juga untuk para guru pengajar Mahfudzot sebagai tambahan referensi bahan ajarnya.
Berikut materi Mahfudzot Kelas 1 TMI/KMI beserta cara baca, arti dan penjelasannya
Mahfudzot No. 41 – 50
41. فيِ التَّأَنِّي
السَّلاَمَةُ وَفِي العَجَلَةِ النَّدَامَةُ
Fit ta-annis salaamatu wa fil ‘ajalatin nadaamatu
“Di dalam kehati-hatian itu adanya keselamatan, dan di dalam ketergesa-gesaan itu adanya penyesalan”.
Penjelasan:
Tidak hati-hati dan tergesa-gesa adalah dua hal yang sangat berbahaya.
Sering sekali kita mendengar kisah orang-orang yang celaka karena 2 hal ini. Contoh
yang paling sering kita dengar adalah kecelakaan lalu lintas -Naudzubillah min
dzalik- sering terjadi akibat sikap pengemudi kendaraan yang kurang hati-hati
dan tergesa-gesa.
42. ثَمْرَةُ التَّفْرِيْطِ النَّدَامَةُ وَثَمْرَةُ الحَزْمِ السَّلَامَةُ
Tsamratut tafriithin nadaamatu wa tsamratul hazmis
salaamatu
“Buah kecerobohan itu adalah penyesalan, sedangkan buah kecermatan itu adalah keselamatan”.
Penjelasan:
Maksud dari Mahfuzhat ini kurang lebih sama seperti Mahfuzhat sebelumnya.
Kita hendaknya selalu menghindari sikap ceroboh. Hendaknya semua perbuatan kita
dilakukan dengan hati-hati, tidak terburu-buru dan harus dengan perhitungan
yang matang.
43. الرِّفْقُ بِالضَّعِيْفِ مِنْ خُلُقِ الشَّرِيْفِ
Ar-rifqu bid dha’iifi min khuluqis syariifi
“Berlemah lembut kepada orang yang lemah itu adalah salah satu perangai orang yang mulia (terhormat)”.
Penjelasan:
Dalam Islam kita diajarkan untuk selalu berlemah lembut kepada orang yang
lemah, Rasulullah SAW adalah contoh paling sempurna dalam hal ini. Banyak
sekali ayat yang menyebutkan bagaimana kelembutan akhlak Nabi Muhammad SAW,
diantaranya adalah firman Allah SWT yang artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159)
Kalau kita perhatikan lagi ayat ini, sikap lemah lembut Rasulullah SAW ini
adalah salah satu kunci kesuksesan dakwah beliau, karena andai saja beliau
tatkala itu berlaku kasar, pastinya banyak orang yang tak tertarik dengan
Islam.
44. فَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا
Fa jazaa-u sayyiatin sayyiatun mitsluhaa
“Balasan suatu
kejahatan itu adalah kejahatan yang sama dengannya”.
Penjelasan:
Mahfuzhat ini serupa dengan salah satu ayat Al-Quran, yaitu surah As-Syura
ayat 40 yang berbunyi:
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا
وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
“Dan balasan suatu kejahatan
adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka
pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang
yang zalim.”
Maksudnya adalah apabila ada
seseorang yang menzalimi orang lain, maka orang yang dizalimi itu punya hak
untuk membalasnya (Qisash) dengan cara yang serupa, tidak boleh melebihi itu.
Artinya jiwa dibalas jiwa, luka dibalas dengan luka serupa, dan seterusnya.
Namun perlu dicatat bahwa dalam
hukum Islam, pelaksanaan Qisash ini hanya boleh dilakukan di hadapan hakim atau
pihak yang memiliki otoritas, jadi tidak boleh dilakukan secara personal,
karena malah akan menjadi perang antar keluarga, suku, dst.
Adapun jika orang tersebut
memaafkan, maka itu lebih baik dan ada pahala baginya di sisi Allah. Maka sikap
memaafkan ini adalah sikap yang paling utama.
45. تَرْكُ الجَوَابِ عَلىَ الجَاهِلِ جَوَابٌ
Tarkul jawaabi ‘alal jaahili jawabun
“Tidak menjawab terhadap orang yang bodoh itu adalah sebuah jawaban”.
Penjelasan:
Jangan salah kaprah dalam memahami kalimat di atas. Maksud dari orang
“bodoh” di sini adalah orang yang tak punya keinginan untuk menerima kebenaran,
bukan bodoh dalam artinya orang yang belum atau tak punya pengetahuan.
Amr bin Hisyam diberikan gelar “Abu Jahal” (Bapak kebodohan), bukanlah
karena ia bodoh dalam artian tak punya ilmu, malah sebaliknya ia adalah salah
satu pemuka suku Qurays di Makkah yang sangat dihormati dan bahkan dianggap
sebagai orang yang bijak kala itu. Namun karena hatinya tertutup dan tak mau
menerima kebenaran –walaupun ia tahu bahwa yang disampaikan itu adalah
kebenaran- lah ia dijuluki sebagai Abu Jahal.
Adapun orang yang bertanya kepada kita karena ia benar-benar tidak tahu dan
ingin mempelajarinya dari kita maka justru wajib bagi kita menjawab
pertanyaannya tersebut.
46. مَنْ عَذُبَ لِسَانُهُ كَثُرَ إِخْوَانُهُ
Man ‘adzuba lisaanuhu katsura ikhwaanuhu
“Barang siapa manis tutur katanya (perkataannya)
banyaklah temannya”.
Penjelasan:
Manusia itu secara fitrahnya menyukai keindahan, termasuk juga keindahan
dalam bertutur kata, karena itulah secara alami orang yang tutur katanya baik,
pasti disenangi banyak orang, dan sebaliknya orang yang kata-katanya selalu
membuat orang sakit hati pasti akan dijauhi.
47. إِذَا تَمَّ العَقْلُ قَلَّ الكَلَامُ
Idzaa tammal ‘aqlu qallal kalaamu
“Apabila akal seseorang telah sempurna, maka sedikitlah bicaranya”.
Penjelasan:
Demikianlah sikap orang-orang bijak, mereka bukanlah tipe orang yang banyak
bicara. Adapun jika mereka berbicara mereka hanya membicarakan hal-hal yang
perlu saja.
Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa: “Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia berkata baik, ataupun diam”. (Muttafaq
Alaih).
48. مَنْ طَلَبَ أَخًا بِلَا عَيْبٍ بَقِيَ بِلَا أَخٍ
Man thalaba akhan bilaa ‘aibin baqiya bilaa akhin
“Barang siapa mencari teman yang tidak bercela, maka ia akan tetap tidak
mempunyai teman”.
Penjelasan:
“Tak ada gading yang tak retak”, demikianlah pepatah mengajari kita bahwa
tak ada satu pun orang yang tak punya kekurangan, karena itu jika kita hanya
mau berteman dengan orang yang tak punya cela, maka kita selamanya tak akan
punya teman.
Selain itu, dalam bergaul kita juga perlu melihat sisi positif dari
seseorang, karena dibalik kekurangannya, ia pasti ia punya kelebihan. Karena
itu pula dalam hubungan keluarga, para suami diperintahkan untuk bersabar atas
kekurangan pasangannya.
Dalam sebuah hadis dikatakan:
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah (istrinya). Jika ia
tidak suka satu perangainya maka (bisa jadi) ia menyenangi perangainya yang
lain.” (HR. Muslim no. 1469)
49. قُلِ الحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا
Qulil Haqqa walau kaana murran
“Katakanlah yang benar itu, walaupun ia pahit”.
Penjelasan:
Iya, ini adalah prinsip yang benar jika dilakukan pada waktu dan tempat
yang tepat.
Perlu kita ingat bahwa dalam berbicara, selain benar, kita juga harus
bijak, kita harus mengenal lawan bicara kita. Misalnya ketika bertemu dengan
orang yang melakukan kesalahan lantas kita menegurnya secara langsung tanpa
retorika bicara yang baik, alih-alih teguran kita tersebut membuat orang itu
sadar, yang ada malah membuatnya marah dan membenci kita.
Rasulullah SAW bersabda: خَاطِبُوا النَّاسَ عَلَى قَدْرِ
عُقُوْلِهِمْ yang artinya “Berbicaralah kepada orang-orang
sesuai dengan kadar kemampuan akal pikiran mereka”.
Artinya kita harus bisa memilih kata-kata yang tepat agar dapat dipahami
dan diterima oleh lawan bicara kita. Nah setelah waktu dan tempatnya dirasa
tepat, barulah kita bisa menyampaikan sebuah kebenaran yang walaupun pahit
untuk disampaikan.
50. خَيْرُ مَالِكَ مَا نَفَعَكَ
Khairu maalika maa nafa’aka
“Sebaik-baik hartamu adalah yang bermanfaat bagimu”.
Penjelasan:
Ini adalah pedoman dasar bagi kita dalam memenuhi kebutuhan hidup. Maka ketika
kita hendak membeli sesuatu, yang menjadi pertimbangan utama kita hendaknya
adalah segi manfaatnya. Karena banyak sekali sesuatu yang menarik hati kita
namun ternyata tak bermanfaat sama sekali bagi kita.
Download Materi Mahfuzhat 41-50
Sumber materi asli:
Post a Comment for "Mahfudzot Kelas 1 TMI/KMI Lengkap Cara Baca, Arti dan Penjelasannya (No. 41-50)"
Beri Komentar Yuk